Kartono - Kartini modern, dengan rancangan dan dandanan kami sendiri
Sabtu, 21 April 2012
Spasi
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling manyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu
Napas akan melega dengan sepasang paru - paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung
Pagang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling manyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu
Napas akan melega dengan sepasang paru - paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung
Pagang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring
Spasi [1998] - Filosofi Kopi - Dee
Cuaca
Membicarakan cuaca
Cuaca bagi kami adalah metafora. Menanyakan cuaca menjadi ungkapan yang digunakan saat masing - masing pihak menyampaikan hal lain yang gentar diutarakan
"Bagaimana cuacamu?"
"Aku biru."
"Aku kelabu."
Keangkuhan memecah jalan kami, kendati cuaca menalikannya. Kebisuan menjebak kami dalam permainan dugaan, lingkaran tebak - menebak, agar yang tersirat teteap tak tersurat
"Bagaimana cuacamu?"
"Aku cerah, sama sekali tidak berawan. Kamu?"
"Bersih dan terang. Tak ada awan."
Batinku meringis karena berbohong. Batinnya tergugu karena telah dibohongi. Namun, kesatuan diri kami telah memutuskan demikian: menampilkan cerah yang tak sejati karena awan mendung tak pantas jadi pajangan
Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan atau menghanguskan
Cuaca bagi kami adalah metafora. Menanyakan cuaca menjadi ungkapan yang digunakan saat masing - masing pihak menyampaikan hal lain yang gentar diutarakan
"Bagaimana cuacamu?"
"Aku biru."
"Aku kelabu."
Keangkuhan memecah jalan kami, kendati cuaca menalikannya. Kebisuan menjebak kami dalam permainan dugaan, lingkaran tebak - menebak, agar yang tersirat teteap tak tersurat
"Bagaimana cuacamu?"
"Aku cerah, sama sekali tidak berawan. Kamu?"
"Bersih dan terang. Tak ada awan."
Batinku meringis karena berbohong. Batinnya tergugu karena telah dibohongi. Namun, kesatuan diri kami telah memutuskan demikian: menampilkan cerah yang tak sejati karena awan mendung tak pantas jadi pajangan
Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan atau menghanguskan
Cuaca [1998] - Filosofi Kopi - Dee
Kunci Hati
Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak bernama. Di tanganmu tergenggam kunci pintunya
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutra. Berkata - kata dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani
Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang - kadang engkau tak terusik. Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa - apa dengannya, duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis
Tahukah engkau bahw cinta yang tersesat adalah pembuta dunia? Sinarnya menyilaukan hingga kau terperangkap, dan hatimu menjadi sasaran sekalinya engkau tersekap. Banyak garis batas memuai begitu engkau terbuai, dan dalam puja kau sedia serahkan segalanya. Kunci kecil itu kau anggap pemberian paling berharga
Satu garis jangan sampai kau tepis: membuka diri tidak sama dengan menyerahkannya
Di ruang kecil itu, ada teras untuk tamu. Hanya engkau yang berhak ada di dalam ini hatimu sendiri
Kunci Hati [1998] - Filosofi Kopi - Dee
Senin, 02 April 2012
Ku Tak Mampu
Pernah sudah ku coba tuk melupakanmu
Namun aku tak mampu oh kekasihku
Tlah ku coba tuk jalani semua
Rasa cintaku yang tulus untukmu
Jauh sudah ku jalani arti hidup ini
Yang ku harap dapat buat ku berdiri
Biarkanlah ku jalani semua
Tanpa dirimu di sisiku lagi
Ku tahu aku sungguh mencintaimu
Tak mampu redupkan luka di hatiku
Biarkan ku coba untuk melupakanmu
Walau ku tak mampu
Sudah ku coba untuk melupakanmu
Meski ku masih ingin mencintaimu
Biarkan ku coba untuk melupakanmu
Walau ku tak mampu
Namun aku tak mampu oh kekasihku
Tlah ku coba tuk jalani semua
Rasa cintaku yang tulus untukmu
Jauh sudah ku jalani arti hidup ini
Yang ku harap dapat buat ku berdiri
Biarkanlah ku jalani semua
Tanpa dirimu di sisiku lagi
Ku tahu aku sungguh mencintaimu
Tak mampu redupkan luka di hatiku
Biarkan ku coba untuk melupakanmu
Walau ku tak mampu
Sudah ku coba untuk melupakanmu
Meski ku masih ingin mencintaimu
Biarkan ku coba untuk melupakanmu
Walau ku tak mampu
Jangan Biarkan
Keping hatiku, kini patah menjadi serpihan karenamu
Aku jenuh jika harus mengingatmu setiap waktu
Senyumanmu, tatapanmu kian melekat di benakku
Sudah mati-matian aku mencoba untuk menghapus jejakmu
Namun yang ada aku makin terjerat dalam cinta semu yang kau tawarkan
Asa yang ku titipkan padamu, kau biarkan terkarang dalam amarah yang memelukku
Aku masih disini dalam kebimbangan tak bertepi
Beri aku satu senyuman saja sebagai penghibur saat kau bunuh aku dengan sikapmu
Kau tak pernah mengerti artinya terluka karena dicampakkan
Jangan ada lagi yang menangis karena mencintaimu, cukup aku yang menahan perih ini
Jika hadirku tak lagi kau pinta dalam harimu, jangan berikan asa yang hanya bias semata
Aku jenuh jika harus mengingatmu setiap waktu
Senyumanmu, tatapanmu kian melekat di benakku
Sudah mati-matian aku mencoba untuk menghapus jejakmu
Namun yang ada aku makin terjerat dalam cinta semu yang kau tawarkan
Asa yang ku titipkan padamu, kau biarkan terkarang dalam amarah yang memelukku
Aku masih disini dalam kebimbangan tak bertepi
Beri aku satu senyuman saja sebagai penghibur saat kau bunuh aku dengan sikapmu
Kau tak pernah mengerti artinya terluka karena dicampakkan
Jangan ada lagi yang menangis karena mencintaimu, cukup aku yang menahan perih ini
Jika hadirku tak lagi kau pinta dalam harimu, jangan berikan asa yang hanya bias semata
Langganan:
Postingan (Atom)