dan saya (baca : atha) mendapatkan kelompok yang sangat gayeeeng (hmblgedesh!) yaitu kelompok tiga atau kelompok terakhir , yang anggota nyaa adalah :
- Atha Hafizhah Dana Paramita (Atha)
- Ayu Ratna Pertiwi (Ayu)
- Fatia Gupita (Fatia)
- Kholida Zakia (Kholida)
- Mutiara Auliya Khadija (Lala)
- Pandanwangi Ambar Jatiningrum (Ambar)
- Danang Rahmatul Hidayat (Danang)
- Rizky Raka Zaldi (Raka)
- Syafik Bintang Fakkih (Syafik)
dan segeralah kami membentuk peran nyaah :
- Bunga : Lala
- Bunga adalah seorang pelajar yang memperjuangkan hidupnya untuk tetap kuat dari ejekan teman-teman nya . kami memilih LALA karena dia cocok dengan muka melas nya itu hlo . hehehe . peace mb ..^^
- Bapak : Raka
- Bapak Bunga adalah tokoh tritagonis . mimpi nya akan menjadi kenyataan ! iih waow ! kami memilih RAKA karena dia agak lebay dikit karena ada akting yang cocok ma dia .
- Ibu : Fatia
- Ibu Bunga adalah penyemangat Bunga dan Bapak Bunga . kami memilih FATIA karena dia cocok aja jadi ibu . hihihi
- Nikki : Ambar
- Nikki adalah sahabat Bunga yang sangat setia sama Bunga . kami memilih AMBAR karena dia baek hati dan cantik (hah? :o) . (esd tak puji hlo mb :D )
- Daffa : Danang
- Daffa juga sahabat Bunga yang juga setia . mereka bertiga (baca : Bunga , Nikki , Daffa) slalu bersama . kami memilih DANANG karena mau menggantikan RAKA . huooo ~
- Gladys : Atha
- Gladys adalah teman sekolah Bunga yang suka mengejek Bunga . Gladys juga punya teman genk , yaitu Bobi . kami memilih ATHA karena muka nyaa keliatan galak , jahat (dho jahat kabeeeh =,=) , cocok buat jadi antagonis (bangga :D ) dan cocok jadi anak gaul (bangga meneh :D ) . hahaha
- Bobi : Syafik
- Bobi adalah teman sekolah Bunga dan juga teman genk nya Gladys . Bobi slalu menuruti kata-kata Gladys . mereka berdua emang sama-sama jahat . kami memilih SYAFIK karena muka nya cocok buat jadi peran antagonis dan anak gaul (esd tak puji hloh :p ) hihi
- Kak Cintya : Ayu
- Kak Cintya adalah penjaga kantin di sekolah Bunga . Kak Cintya sangaaaat baek dan dewasa tentunyaa cantik ;) kami memilih AYU karena agak dewasa , cantik . hihi . uye :D
- Narator : Kholida
- Narator : no comment :D
BUNGA DI TEPI JALAN
Bapak : (Bangun dari tidur, mengerjap-ngerjapkan mata.) “Wah, aku mimpi ngeri banget semalam! Uhh ..aku
harap mimpi ini nggak jadi kenyataan!” (Dengan wajah tampak bingung dan sedih.)
Ibu : (Menghampiri bapak.) “Mimpi apa to, Pak? Santai .. santai. Kalem, Pak!”
Bapak : “Anak kita, Bunga .. Dia seperti masuk dalam ruangan yang gelap .. lalu teriak-teriak minta tolong
gitu! Aku jadi sedih!” (Tampak resah dan mengerutkan dahi.)
Bunga : (Masuk ke dalam ruangan.) “Pak, Bu .. Aku berangkat sekolah dulu ya .. Assalamu’alaikum!”
(Bunga
meninggalkan orang tuanya. Lalu percakapan terjadi antara Bapak dan Ibu.)
Ibu : “Semoga anak kita baik-baik saja, Pak.”
Bapak : “Ya .. semoga saja! Semoga mimpiku bukan jadi pertanda buruk.”
Bunga adalah anak yang pintar dan berbakti kepada orang tuanya. Dia sering membantu ibunya berjualan klepon. Dititipkannya klepon-klepon itu di warung sekolah. Namun, beberapa temannya yang nakal suka mengejeknya yaitu Gladys dan Bobi.
Bobi : (Menyanyi sambil mengejek.) “Ada kodok trekotrek trekotrek di pinggir kali trekotrek trekotrek.Mencari makan trekotrek trekotrek lucu sekali.”
Gladys : “Ada Bunga trekotrek trekotrek membawa klepon trekotrek trekotrek. Sambil sekolah
trekotrek trekotrek lucu sekali. Hahaha ..” (Menyahut dan tertawa.)
Bobi : “Pon .. Klepooon! Hahaha ..”
Gladys : “Bingung aku, Bob! Mana ada sih di sekolah kita yang jualan klepon kaya’ dia? Hahaha .. Turun
derajat, iya! Haha ..” (terus mengejek Bunga)
Bobi : “Bener, Dys! Malu maluin!” (menjulurkan lidah kepada Bunga)
Untung saja di situ ada Nikki dan Daffa yang bisa menenangkan Bunga. Nikki dan Daffa adalah sahabat Bunga. Mereka selalu bersama, saat berangkat sekolah, pulang sekolah, di kelas, kantin, belajar kelompok pun mereka selalu bersama. Nikki dan Daffa tahu persis bagaimana perasaan Bunga. Mereka mencoba menenangkan Bunga agar Bunga tidak sakit hati atas ejekan dari Gladys dan Bobi tadi.
Daffa : “Sudahlah, Bunga. Jangan kamu pedulikan mereka yang suka ngolokin kamu itu.”
Nikki : “Iya, kamu kan bukan pencuri atau perampok. Yang jelas kamu sudah membantu ibumu. Itu bagus!”
Bunga : “Iya, kawan-kawan. Aku senang kalian bisa bersahabat denganku.”
Nikki : “Kami juga senang bersahabat denganmu!”
Daffa : “Jadi sekarang .. senyum donk!” (Menyemangati Bunga.)
Bunga : “Iya deh.” (Tersenyum.) “Eh ke kantin, yuk!”
Nikki : “Ayo! Dengan senang hati! Hehehe ..”
Mereka lalu pergi ke kantin Kak Cintya. Di sana, biasanya Bunga menitipkan klepon buatan ibunya. Di kantin Kak Cintya tersebut juga menjual berbagai makanan dan minuman. Anak-anak senang ke kantin Kak Cintya karena ia asyik jika diajak mengobrol karena umur anak-anak dengan Kak Cintya tak jauh berbeda, hanya selisih 2 tahun. Kak Cintya sekarang, sebenarnya baru duduk di kelas 2 SMA. Tetapi karena orang tua Kak Cintya tidak mampu membayar uang sekolah, Kak Cintya terpaksa berhenti sekolah. Dan sekarang, Kak Cintya membantu orang tuanya berjualan di kantin sekolah Bunga.
Bunga : “Kak Cintya!” (Menyapa.)Kak Cintya : “Hei .. rupanya kalian bertiga. Bawa klepon berapa hari ini, Bung?”
Bunga : “Dua puluh klepon, Kak!”
Kak Cintya : “Okelah .. Apa kabar adik-adikku tersayang?”
Nikki : “Tentunya baik, Kak!”
Kak Cintya : “Alhamdulillah kalau begitu.”
Daffa : “Hloh, Kak Cintya sendirian? Mana Bu Cici dan Pak Dody?”
Kak Cintya : “Bapak sama ibu baru ke rumah nenek, kabarnya nenek sakit.”
Bunga : “Oh .. begituuu ..”
Nikki : “Bung, Daff .. ke kelas, yuk!”
Bunga : “Yuk! Aku ke kelas dulu ya, Kak!”
Kak Cintya : “Iya, sayang!”
Ketika di perjalanan menuju kelas, Bunga, Nikki dan Daffa membicarakan tentang Kak Cintya yang sampai sekarang masih jomblo.
Daffa : “Nikki, Bung .. kok Kak Cintya sampai sekarang masih jomblo, ya?”
Nikki : “Hayo .. kamu naksir Kak Cintya ya, Daff? Ngaku kamu!”
Daffa : “Hehehe .. Sebenarnya Kak Cintya itu cantik lho! Daripada kamu, Nik! Hehehe ..”
Nikki : “Ih! Jahat banget kamu, Daff!” (Muka kesal.)
Bunga : “Semua perempuan itu cantik, Daff! Lalu kalau masalah masih lajang, itu terserah Kak Cintya donk!
Dia mau punya pacar atau tidak, ya urusannya sendiri.” (Menjelaskan.)
Daffa : “Kalau gitu, aku punya kesempatan donk buat deket sama Kak Cintya.”
Bunga : “Kamu itu ya!” (Geleng-geleng kepala.)
Saat sepulang sekolah, Bunga berjalan seorang diri tanpa Nikki dan Daffa. Saat itu ia sedang melamun tentang nasibnya yang tidak bahagia, tidak seperti teman-temannya yang lain.
Bunga : “Kadang aku ingin punya mobil, tidak selalu jalan kaki ke sekolah. Betapa beruntungnya teman
temanku. Sementara aku malang dan hidup kekurangan. Tapi nggak apa-apalah. Yang penting enjoy ..”
Ketika Bunga sedang melamun ia ditabrak oleh Gladys dan Bobi. Lalu Bunga terjatuh dan kepalanya
terbentur batu besar dan mengeluarkan banyak darah. Saat itu juga, Gladys dan Bobi pergi meninggalkan
Bunga.
Gladys : “Yeah! Aku suka ini! Biar sekalian aja dia mampus!” (Tersenyum.)
Bobi : “Iya! Aku juga suka. Sebentar lagi sekolah kita bersih dari anak penjual klepon itu! Hahaha ..
(Tertawa
bahagia bersama Gladys.)
Beberapa menit kemudian, Nikki dan Daffa melihat Bunga tergeletak
tak berdaya di jalan itu dan
mengeluarkan banyak darah.
Daffa : “Astaghfirullah! Bungaa!” (Kaget.)
Nikki : “Masyallah! Bungaa!” (Kaget.) “Daff, ayo kita bawa ke pos kamling itu!”
Daffa : “Ayo!” (Membopong Bunga bersama Nikki.) “Nik, cepat belikan air putih, perban dan obat merah!”
Nikki : “Oke, Daff.” (Pergi ke warung terdekat.)
Setelah diperban dan diobati, Bunga siuman.
Bunga : “Ah, aku dimana? Kok diperban?” (Bingung sambil memegangi kepalanya.)
Daffa : “Tadi kami melihat kamu tergeletak tak berdaya di jalan ini.”
Bunga : “Tadi ada yang menabrak aku Nik, Daff!”
Nikki : “Siapa, Bung?”
Bunga : “Aku tidak tau persis siapa itu. Tetapi, ada 2 orang di dalam mobil jazz merah dengan stiker
bergambar tengkorak pada kaca belakang itu.”
Daffa : “Jazz merah?”
Nikki : “Dengan stiker tengkorak? Wah, itu pasti si Gladys!”
Daffa : “Kalau dua orang, perempuan dan laki-laki. Dan yang perempuan itu Gladys, maka yang laki-laki
tidak lain lagi pasti Bobi!”
Nikki : “Betul itu, Daff! Tidak puas-puasnya mereka memperlakukan kamu sampai kaya’ begini, Bung!”
Bunga : “Sudah! Daripada su’udzon, lebih baik kita besok tanya secara baik-baik kepada mereka.”
Segera Nikki dan Daffa mengantar Bunga pulang. Bapak dan Ibu Bunga terkejut melihat Bunga yang berjalan mendoyong dan memakai perban.
Ibu : “Bunga anakku .. Kamu kenapa, sayang?” (Cemas.)
Bunga : “Tidak apa, Bu. Hanya mendapat kecelakaan kecil di jalan tadi. Ada yang menabrakku dari
belakang.”
Nikki : “Iya, Tante. Tepatnya yang melakukan itu semua Gladys dan Bobi.” (Berbicara nerocos.)
Bapak : “Ternyata… ini arti mimpiku… Anakku mengalami kecelakaan!” (Matanya berkaca-kaca.)
Ibu : “Sudahlah, Pak… Kalem saja. Dia nggak apa-apa. Kepalanya cuma benjol sedikit.
Bunga : “Iya, Pak. Benar kata Ibu. Aku dengar dari Ibu kalau Bapak mungkin bermimpi buruk tentang aku?”
Bapak : “Iya, Nak! Bapak bermimpi kalau kamu masuk di dalam ruangan yang gelap dan berteriak minta
tolong.”
Bunga : “Iya, Pak. Aku juga bermimpi seperti itu. Aku kesepian, Pak!” (Bersedih.)
Daffa : “You’re not alone, Bunga. For I’m here with you .. Though we’re apart, you’re always in my
heart ..” (Menghibur Bunga.)
Bunga : “Iya. Makasih Daff! Tapi aku punya mimpi yang lain.”
Bapak : “Apa itu, Nak?”
Bunga : “Aku mendengar suara yang indah dalam mimpiku tadi. Mungkin, kita dapat mengubah mimpi kita
dari buruk menjadi baik.”
Nikki : “Dan aku, siap membantu untuk membantu mewujudkannya!”
Bunga : “Hahaha .. Makasih, Nik!” (Tertawa gembira.)
Ibu : “Ngomong-ngomong, gimana dengan Gladys dan Bobi, Bung?”
Bapak : “Lebih baik, kita besok bersama-sama menanyakan kepada Gladys dan Bobi dengan baik-baik.”
(Menyahut.)
Bunga : “Aku setuju!”
Keesokan harinya, Bunga bersama orang tuanya datang ke sekolah. Mereka ingin bertemu dengan Gladys dan Bobi. Mereka ingin menanyakan tentang kecelakaan Bunga.
Gladys : “Sialan! Si anak penjual klepon itu ke sekolah kita lagi mana malah bawa orang tuanya lagi!” (Muka
kesal.)
Bobi : “Jangan-jangan mereka tahu kalau kita itu yang menabrak Bunga, Dys?”
Gladys : “Alah .. biarin!”
Bapak : “Maaf .. apakah adik-adik ini bernama Gladys dan Bobi?”
Gladys : “Iya. Ada apa?”
Ibu : “Apakah adik-adik ini tahu penyebab kecelakaan Bunga?”
Bobi : “Iya. Dia ditabrak.”
Bapak : “Apak adik-adik ini tahu siapa yang menabrak Bunga?”
Gladys : “Ya jelas tahu donk! Namanya Gladys dan Bobi! Tahu ?!” (Nada tinggi.)
Ibu : “Jadi adik-adik ini yang menabrak Bunga sampai kaya’ begini? Kuarangajar ya kalian itu! (Mengangkat
tangan untuk menampar Gladys dengan mata melotot.)
Gladys : “Ayo .. tampar! Kalau berani tampar, hei kau wanita tua! Hahaha .. (Melawan.)
Bobi : “Kenapa nggak berani, Bu? Takut Bunga keluar dari sekolah ini? Hahaha .. (Memanas-manasi Ibu
Bunga.)
Bunga : “Sabar, Bu! Jangan hiraukan omongan mereka.” (Menenangkan Ibunya yang sakit hati atas kelakuan
Gladys dan Bobi.)
Bapak : “Astaghfirullah! Kalian itu benar-benar keterlaluan!” (Menggelengkan kepala dan sedih.)
Gladys : “Hah? Keterlaluan? Situ bisa ngaca nggak sih? Situ siapa, aku siapa ? Situ cuma penjual klepon!
Hahaha ..” (Tertawa dan terus mengejek.)
Bobi : “Hahaha .. Ngaca sana! (Tertawa dan pergi meninggalkan Bunga, Bapak dan Ibu Bunga bersama
Gladys.)
Gladys dan Bobi pergi meninggalkan Bunga, Bapak dan Ibu Bunga yang telah sakit hati atas kelakuan Gladys dan Bobi. Tetapi walaupun Bunga selalu diejek Gladys dan Bobi, Bunga tetap tegar. Bunga tetap sabar dan tak mudah menyerah. Bagaikan bunga di tepi jalan yang tetap tegar meski selalu diterpa badai dan debu.
SEKIAN . TERIMA KASIH :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar